Kiamat

Dengan mengucapkan Oṁ Namo Bhagavate Vāsudevāya (sembah sujud hamba [namo] kepada Tuhan [Oṁ] Yang Maha Mulia [Bhagavan], Jiwa alam semesta [Vāsudevā]), saya menyampaikan rasa syukur karena masih diijinkan untuk bisa menjumpai para pembaca di tahun 2013 ini dan berbagi sedikit pengetahuan yang saya miliki. Mari kita tekadkan bahwa kesempatan yang masih kita miliki ini kita gunakan untuk menjadikan hidup lahir bathin kita lebih baik.

Satu hal yang saya syukuri juga setelah meninggalkan tahun 2012 adalah: ternyata dunia belum kiamat. Ya, tahun lalu dunia sempat “ribut” mengenai akan datangnya kiamat pada tanggal 12-12-2012 atau 21-12-2012. “Keributan” ini bersumber pada temuan kalender Suku Maya yang konon berakhir pada tahun 2012. Sebuah gambar kartun yang saya temui di sebuah web menggambarkan seorang Suku Maya berkata “Saya hanya punya tempat untuk menulis kalender hingga tahun 2012 saja!” Temannya yang diajak bicara menjawab, “Ha! Kelak hal itu akan membingungkan banyak orang!”.

Beberapa pendapat yang sempat saya baca mengatakan bahwa berakhirnya kalender Suku Maya di tahun 2012 bukan berarti berakhirnya dunia di tahun tersebut, tetapi setelah 2012 sistim perhitungan kalender Maya kembali ke awal. Bagi para pemerhati kalender Bali pasti mengenal istilah “Pangalantaka” yang pada periode tertentu akan “nemu gelang” alias kembali ke titik awal. Seperti halnya juga “Pawukon” yang berjumlah 30, diawali dari “Shinta” dan berakhir pada “Watugunung” yang kemudian kembali ke “Shinta” dan seterusnya. Demikian juga 7 hari yang sangat kita kenal yang selalu berulang.

Bagaimana pandangan Weda tentang hari kiamat atau yang disebut “Pralaya”? Kapan kiamat akan datang? “Pralaya” berarti hancur lebur. Dalam Bhagavad gita Adhyaya 8, shloka 18, penciptaan dan kehancuran alam semesta disebutkan sebagai avyaktad vyaktayah sarvah prabhavanty ahar-agame, ratry-agame praliyante tatraivavyakta-samjnake (Pada awal dari siang hari Brahma (Tuhan), semua makhluk hidup tercipta dari yang tak berwujud, dan pada awal dari malam hari Brahma, semua terlebur kembali menjadi yang tidak berwujud). Berapakah lamanya siang hari dan malam hari Brahma? Masing-masing lamanya adalah 1 Yuga.

Dalam ajaran Hindu kita mengenal istilah Mahayuga. Satu Mahayuga terdiri dari satu siklus Catur Yuga, yaitu Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Satya Yuga lamanya 1.728.000 tahun; Treta Yuga lamanya 1.296.000 tahun; Dwapara Yuga lamanya 864.000 tahun; dan Kali Yuga lamanya 432.000 tahun. Dengan demikian 1 Mahayuga lamanya 4.320.000 tahun.
Siklus Catur Yuga ini terus berulang, dari Satya Yuga hingga Kali Yuga dan kembali ke Satya Yuga. Satu siklus yang terdiri dari Catur Yuga disebut 1 Mahayuga. Setelah 71 Mahayuga disebut 1 Manwantara dan 14 Manwantara disebut 1 Kalpa. Setelah 1 Kalpa ini barulah alam semesta ini dihancurkan. Menurut Surya Siddhanta, Kali Yuga dimulai tengah malam, pukul 00.00, antara tanggal 17 dan 18 Februari 3102 SM. Dengan demikian hingga tanggal 18 Februari 2013 mendatang Kali Yuga telah berlangsung selama 5.115 tahun. Masih tersisa 426.885 tahun lagi. Entah di mana kita saat itu. Entah jadi apa kita saat itu. Dengan kata lain, tenang saja, kiamat masih jauh.

Sebaiknya kita tidak berkonsentrasi pada kiamat, tetapi mari kita manfaatkan kesempatan hidup sebagai manusia kali ini sebagai jalan mencapai pembebasan, suka tan pawali dhuka. Untuk terlahir dengan badan manusia ini sangatlah sulit. Dalam hidup-hidup lalu kita, telah banyak badan yang kita dapatkan dan dengan perjuangan keras, dengan ribuan kali kelahiran dan kematian, akhirnya kita berhasil mendapat badan manusia. Narayana (Tuhan Yang Maha Esa) telah memberi kesempatan yang mungkin hanya kita dapatkan sekali dalam sejuta kelahiran. Akankah kita sia-siakan dengan menjadi “dvipada pashu” alias binatang berkaki dua? Akankah kita sia-siakan dengan menjauhkan diri dari jalan Dharma demi pemuasan nafsu dan kenikmatan sesaat?

Sekaranglah saatnya kita harus memahami dari mana asal kita dan apa tujuan hidup kita sebagai manusia. Untuk mengetahui asal dan tujuan hidup maka kita perlu mempelajari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Brahman yang dicatat oleh para Maharsi dalam kitab-kitab suci. Ajaran-ajaran Hyang Parama Kawi inilah yang akan menuntun kita mencapai tujuan hidup manusia ini. Ibarat buku manual yang kita dapat saat membeli tv atau kendaraan, bila kita benar mengikuti petunjuk dalam manual book itu pasti tv akan menyala baik atau kendaraan berfungsi dengan baik dan berusia panjang. Sebaliknya, kalau ngawur tanpa memperhatikan petunjuk maka sangat mungkin kita melakukan kesalahan dan tv atau kendaraan itu pun rusak.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, tujuan utama manusia dalam ajaran Hindu adalah Moksa dan disebut dengan “Moksartam Jagathita Ya Ca Iti Dahrma” (Dharma itu bertujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup [jagat hita] dan pembebasan [moksa]). Pencapaian moksa merupakan bagian puncak dari Catur Purusa Artham (artham=kemakmuran) yang terdiri dari: Dharma (ajaran agama), Artha (harta), Kama (kebutuhan hidup), Moksa (pelepasan). Dharma menjadi fondasi dari Catur Purusa Artham untuk mencapai artha dan kama sehingga kita bisa mencapai moksa. Bila artha dan kama tidak dilandasi Dharma pastilah moksa jauh dari jangkauan.

Maharsi Canakya mengatakan: dharmartha kama moksesu yasyaiko'pi na vidyate, janma janmani martyesu maranam tasya kevalam (Dharma/kebenaran, Artha/kekayaan, Kama/kepuasan keinginan, dan Moksa/pembebasan, kalau satu pun dari keempat hal tersebut tidak bisa dicapai, kelahiran demi kelahiran di dunia material ini hanyalah untuk mati; Canakya Niti Sastra, 3, 20). Kemudian pada Adhyaya 6, 1 Canakya Niti Sastra disebutkan: srutva dharmam vijanati srutva tyajati durmatim, srutva jnanamavapnoti srutva moksamavapnuyat (Setelah membaca dan mendengar Veda orang bisa mengerti dharma, dengan mendengarkan Veda pikiran-pikiran buruk bisa dihilangkan, dengan mendengarkan Veda orang bisa betul-betul berpengetahuan, hanya dengan mendengarkan Veda orang bisa mendapatkan kebebasan).

Hari Sabtu tanggal 12 Januari 2013 kita akan merayakan Hari Saraswati sebagai bentuk rasa syukur kita atas karunia pengetahuan yang diajarkan Tuhan bagi umat manusia. Bagi yang hendak menekuni belajar Weda inilah saat yang baik untuk memantapkan diri, membulatkan tekad dan memohon berkah Beliau agar layak untuk menerima dan menjalankan ajaran-ajaran suci. Hari Saraswati juga merupakan saat yang baik untuk memohon agar kita ditunjukkan Guru yang utama yang bisa membimbing kita dalam memahami ajaran-ajaran Weda. Bagi yang telah menekuni ajaran Weda, hari suci ini merupakan saat “charging battery” tekad kita agar tetap mantap, tidak goyah oleh kerlap-kerlip pergaulan dan duniawi.

Dengan memahami ajaran Weda maka kita tak akan takut lagi menghadapi kiamat, baik kiamat alam maupun kiamat diri (kematian diri kita) karena Shri Krshna dalam Bhagavad gita telah mengajarkan: vasamsi jirnani yatha vihaya navani grhnati naro ’parani, tatha sharirani vihaya jirnany anyani samyati navani dehi (Sebagaimana halnya seseorang menanggalkan pakaian yang sudah usang dan mengenakan pakaian yang baru, seperti itu pula sang roh meninggalkan badan jasmani yang sudah tidak berguna dan memasuki badan jasmani yang baru. Bhagavad gita, 2,22)
Sarve sukinah bhavantu, semoga semua makhluk berbahagia.
(widyastana)

"Mengkritisi Penonjolan Paham Siwa Sidhanta" oleh Made Kembar Kerepun

 Sebuah tulisan yang dikirimkan oleh swargya Bpk. I Made Kembar Kerepun Untuk membaca, silakan klik di sini  Mengkritisi Penonjolan Paham Si...